Selasa, 19 Juni 2012

"KISAH NYATA" SITI Penjual Bakso Berusia 7 tahun"

SITI, seorang Yatim yang di tinggal wafat Ayahnya, sejak usia 2 tahun.
Kini,  Siti ber-umur 7 tahun. Sehari-hari sepulang sekolah Siti masih harus berkeliling kampung menjajakan bakso.. Karena....ia masih anak-anak, tentunya belum bisa mendorong rombong (gerobak) bakso. Jadi bakso dan kuahnya di masukkan dalam termos nasi, yang sebenarnya terlalu besar untuk anak seusianya, termos seukuran itu berisi kuah tentu sangat berat... Tangan kanan memegang termos, tangan kiri menenteng ember plastik hitam berisi mangkok, sendok kuah, dan peralatan lain. 


Dengan terseok-seok, Siti harus berjalan keluar masuk kampung, terkadang jalannya menanjak naik. Kalau ada pembeli, Siti akan me-racik baksonya di mangkok yang di letakkan nya di lantai. Maklum ia tak punya meja . Terkadang jika ada anak yg membeli baksonya Siti ingin bisa ikut mencicipi, tapi ia terpaksa hanya menelan ludah menahan keinginan nya itu. Setelah 4jam berkeliling, ia men-dapat upah 2000 perak saja. Kalau baksonya tak habis, upah nya hanya1000 perak . Lembaran seribuan lusuh ber kali- kali di gulungnya. 

Hari itu Siti ingin makan kang-kung, ia pergi ke rumah tetangga meminta izin agar boleh mengambil kangkung. Mesti sebenarnya Siti bisa saja langsung memetiknya, tapi ia selalu ingat pesan Ibunya., Untuk selalu minta izin dulu pada pemiliknya. Setelah di izinkan, Siti langsung berkubang di empang untuk memetik kangkung,sebatas kebutuhan nya bersama Ibunya. 

Petang hari Ibunya pulang, Siti menyerahkan uang 2000 perak yang di dapatinya. Ia bangga bisa membantu Ibunya. Ibu nya memasak kangkung yang hanya dengan garam. Berdua mereka makan pakai piring seng tua, sepiring nasi tak penuh spiring, di makan berdua hanya dengan kangkung dan garam,bahkan ikan asin pun tak terbeli,kata Ibu Siti. 

Bayangkan, ... anak sekecil itu pulang sekolah menenteng beban berat jualan bakso keliling kampung. Tiba di rumah tak ada makanan, kondisi rumahnya pun hanya se petak ruangan berdinding kayu lapuk atapnya bocor sana-sini. Sama sekali tak layaknya di sebut rumah. Dengan kondisi kelelahan, dia kesepian,sendiri menunggu Ibunya pulang hingga prtang hari. Sering Siti mengatakan dirinya kangen Ayahnya. Ketika anak-anak lain di kampung mendapat kiriman uang dari Ayah mereka yang bekerja di kota, Siti suka bertanya kapan ia dapat kiriman. Tapi kini Siti udah paham, bahwa Ayahnya sudah wafat. Siti selalu berdoa semoga arwah Ayahnya di terima di SISINYA. Dan Siti juga selalu berdoa . Supaya Ibunya tetap tabah dan selalu sehat.. AMIIN....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar